Seperti yang kita ketahui pada awal nya Jazirah Arab merupakan tempat yang di anggap terbelakang dan mungkin orang-orang pada saat itu tidak akan menyangka sebuah tempat yang tidak dikenal akan menjadi pusat peradaban dunia,semua itu di mulai ketika Nabi Muhammad memulai dakwah-Nya dan terbukti kemajuan Islam yang terjadi begitu cepat pada masa-Nya
Waktu pun berlalu,ajaran agama seolah di balik,yang pada hakikat-Nya ilmu dunia dan ilmu akhirat yang serng kita dengar sekarang pada hakikat-Nya itu sudah tidak ada. Sehingga ada seseorang yang mengatakan "Buat apa belajar ilmu dunia,dunia itu tidak di bawa mati lebih baik belajar ilmu akhirat buat apa belajar ilmu dunia" ini-lah salah satu hal dari sekian banyak hal yang membuat ketertinggalan peradaban.Sebuah Hadits mengatakan ; "Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu,maka Allah akan mudahkan bagi-Nya jalan menuju surga"(H.R Muslim) "Barang siapa yang keluar untuk menuntut ilmu maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang"(H.R Tirmidzi) Apakah yang dimamksud hadits itu menuntut ilmu akhirat saja? atau ilmu akhirat juga?
Ini-lah salah satu pembuat penyebab kenapa umat Islam terus berada pada posisi terbelakang atau paling tidak mampu untuk mengungguli bangsa lain atau paling tidak seimbang adalah karena karena umat Islam mengabaikan ayat-ayat Allah Ta'ala. Bahkan ketika negara dipimpin oleh mayoritas beragam Islam pun juga msaih terbelakang sebagaimana negara berikut: (sumber berasal dari CNN)
Hampir semua umat Islam tau tentang kewajiban dalam menjaga kebersihan namun pertanyaan-Nya "Berapa banyak yang melakukan-nya?" Para Agamawan masih saja hidup dalam belenggu dogamatis yang kaku,teks-teks kitab suci hanya di anggap sebagai bacaan wajib yang mana jika di senandungkan mendapatkan pahala,wahyu tuhan dianggap semacam tempat pelarian bagi hamba yang mengharap akhirat kelak.
Lalu,apa relevansi kehadiran agama di muka bumi ini?Apa yang bisa dilakukan agama dalam menghadapi persoalan kemanusian yang kian kompleks?Ini-lah pertanyaan paling kritis yang harus diajukan saat ini. Melebar status sosial (kaya-miskin,pintar-bodoh,penindasan hingga tertindas) belum banyak menjadi bahan perbincangan agama,seolah agama hanya mengatur persoalan akhirat saja seperti surga,neraka,pahala,dosa dan persoalan hitam-putih lain nya.
Masalah duniawi seperti semisal kebodohan,penganguran,kekerasan,bencana alam seakan-akan telah masuk kedalam otoritatif manusia yang dimana agama lepas tangan dari semua itu.Padahal,justru persoalan kemanusian-lah yang banyak kita hadapi. Ketika agama tidak lagi mengatur masalah kemanusian,sementara umat manusia memposisikan agama sebagai pedoman hidup ,tidakkah itu ambigu?apa yang bakal terjadi jika agama sebagai sandaran hidup manusia tidak mampu mengatasi masalah yang dihadapi manusia? Dalam sebuah analisis Ernest Gellner tentang agama yang mana beliau meyakinkan bahwa deras-Nya arus globalisasi dan industrialisasi,peran agama akan terseret pada wilayah pinggiran,bahkan jika resistensi-Nya semakin menguat maka bisa jadi agama akan kehilangan daya gerak-Nya.Jika ini terjadi maka tidak mustahil jika Al-Quran pada giliran-Nya akan menjadi teks yang mati yang hanya di sucikan dan di hargai secara fisik saja,serta kehilangan aura keagungan,yakni sebagai pelopor pembebasan umat.
Kebutuhan terpenting agama adalah bagaimana ia menjadi "ayah" bagi kaum pinggiran.Nabi Muhammad dikenal oleh para sahabat-Nya sebagai Abu Al-Masakin(Ayah bagi orang-orang miskin)kepada para sahabat-Nya yang menanyakan dimanakah lokasi paling mudah untuk menemui-Nya.Beliau hanya menjawab "Cari-lah aku diantara orang lemah dan kelompok kecil di antara kamu" Model aktualisasi keber-agamaan inilah yang sepatut-Nya menyentuh urat nadi kaum beriman.
Dibuat dengan ❤️ oleh Faris Iskandar Hafidz, menggunakan Tailwind CSS.